Senin, 12 April 2010

Kata @akuiniobenk tentang #Heartblock

Sumber : http://akuiniobenk.wordpress.com/2010/04/12/heart-block-novel-by-okke-sepatumerah/

Writer’s block is a temporary psychological inability to begin or continue work on a piece of writing (American Heritage Dictionary).

Itu kalimat yang saya comot dari salah satu bagian novel ini. Saya beli novel ini udah lama dan menumpuk begitu aja untuk beberapa waktu bersama buku2 lain yang antri saya baca, akhirnya saya menamatkan juga membaca novel ini dan kembali memulai baca buku yang lain.

Okke sepatumerah, penulis yang novelnya baru kali ini saya baca. Tertarik membeli karena gambar keranjang sampah yang berisi gulungan kertas salah tulis yang mirip dengan kondisi saya saat itu.

Penuliskah saya? bukan kok, saya bukan penulis hebat atau seseorang yang tulisannya pernah dimuat di suatu media terkenal. Saya cuma seseorang yang suka menumpahkan segala isi fikiran saya dengan meracau melalui tulisan. Dan ketika itu, saya sedang tidak memiliki mood menulis apapun. Bahkan ketika saya menemukan hal – hal menarik dikeseharian pun saya sulit mendapatkan mood untuk menulis seperti biasanya.

Selain itu alasan lainnya adalah suasana hati saya sedang mirip dengan judul. hehe Heart Block :) dan harapan saya tersentuh dengan kata2 di cover :

Biarkan cinta menemukanmu


Dalam novelnya okke menceritakan kisah seorang penulis muda bernama Senja yang sedang mengalami kebuntuan ide dan mood untuk menulis di salah satu proyeknya. Berhasil mewujudkan cita – citanya untuk menjadi seorang penulis melalui maha karyanya omnibus yang berhasil memenangkan lomba karya menulis justru membawa Senja ke situasi dimana ia menjadi penulis yang dikejar banyak deadline dan tuntutan kualitas.

Memang berbeda menulis semengalir keinginan kita dengan menulis menulis yang dipenuhi himpitan kejar tayang dan tuntutan kualitas yang kita harapkan dapat diterima dan memuaskan orang banyak.

Senja pindah dari kota asalnya Solo ke Jakarta karena tulisannya yang berjudul Omnibus berhasil membawanya untuk mengikuti Sekolah Menulis Kreatif dan berkesempatan bertemu beberapa penulis muda lainnya dan para mentor yang disiapkan.

Pindah ke Jakarta Senja dihadapkan pula ke kenyataan bahwa ia harus hidup bersama kakaknya Tasya. Tasya pribadi yang amat berbeda dengan Senja. Selain perbedaan fisik, karakter Tasya yang amat terbuka dan banyak teman dan amat gaul jelas tidak bisa disamakan dengan Senja yang teramat biasa dan tidak memiliki hal spesial menurut fikirannya.

Pada cerita selanjutnya Tasya hadir menjadi bagian dari konflik utama novel ini. Berperan sebagai manager Senja yang mulai banyak proyek menulis dan kegiatan promo, Senja merasakan selain berhasil menjadi manager dan publisher dirinya dan tulisannya Tasya dirasakan sudah masuk terlalu jauh ke dalam kehidupan Senja.

Banyaknya aktivitas publikasi dan proyek – proyek menulis yang diperoleh Tasya yang sebagian besar keluar sebagai inisiatif dalam dirinya membuat Senja merasa kehilangan kebebasannya. Kebebasan untuk menulis, kebebasan untuk mendapatkan waktu pribadi dan kebebasan untuk menjadi penulis yang lepas dari segala pesanan.

Senja protes akan semua tekanan Tasya, ia pun bergumul dengan segala penjelasan Tasya yang menanamkan pada otaknya bahwa semuanya memanglah harus seperti itu. Untuk lebih berkembang Senja memang mau tidak mau harus mencoba banyak langkah untuk maju. Berkeputusan sebagai penulis penuh waktu memasung Senja untuk tidak boleh beralasan tidak ada mood menulis dikala tenggat waktu menerjang.

Hingga akhirnya Senja melarikan diri dengan menghadiahi dirinya liburan setelah memaksa Tasya mengizinkannya. Ia pergi ke Bali berharap kembali menemukan identitas dirinya sendiri sebagai penulis dan pulang membawa mood dan karya baru.

Dalam liburannya Senja bertemu seorang lelaki bernama Genta. Diawali dalam sebuah obrolan menanti keberangkatan pesawat yang delay, Genta hadir sebagai pemeran lain yang membuat liburan Senja menjadi menarik. Dengan menjadi guide , menemani Senja selama di Bali bahkan sempat menerima dirinya untuk tinggal bersama di rumah kontrakannya.

Genta berhasil menghadirkan gairah Senja menulis. Cocok karena merasa mengalami sedikitnya situasi yang serupa membuat keduanya mampu saling menepiskan kegalauan yang ada dari segala tekanan terhadap profesinya masing2. Sayang kebersamaan yang membentuk kedekatan yang asik selama di Bali tidak berjalan sesuai dengan harapan Senja. Ciuman pertama Senja yang didapat dari Genta pada akhirnya tidak membuat kisah romansa ini berlanjut. Berakhir begitu saja setelah kepulangan Senja dari liburannya dan tamat sudah dengan hadirnya kenyataan lain di penghujung cerita.

Senja berhasil membawa karya baru dari liburannya. Karir kepenulisannya pun terus berjalan dengan pengaturan Tasya yang mulai berubah banyak. Sebagai penulis muda, Senja berhasil melalui fase sulit dalam perkembangan karir dan profesinya. Publisitas, target, tuntutan pasar dan ekses lain yang tentunya harus ia terima dan hadapi. Fase yang ia harus lalui akibat keputusannya untuk mewujudkan mimpi sebagai penulis. Penulis yang bebas menjadi dirinya sendiri dan bebas hati menerima segala kritik maupun rendah hati dalam menerima segala pujian.

Novel yang cukup menarik untuk dibaca. Jauh dari bumbu dramatisasi yang kejam membuat novel ini menjadi novel yang menghibur. Hadir dalam balutan cerita yang tidak mudah di duga dan ending yang tentu saja tidak dapat dipesan oleh harapan kita pembaca, Okke berhasil menuangkan sebuah cerita ke dalam sebuah novel dengan alur yang tidak terkesan dipaksakan dan penuh kebetulan yang klise.

Ada kalimat yang saya suka ketika Senja berpikiran sebelum menjadi penulis penuh waktu dan masuk ke dalam industri penerbitan.

Menurutku, jika kita senang menulis atau mengekspresikan apa yang kita rasakan dan pikirkan apa sejujur – jujurnya lewat tulisan dan merasa berbahagia saat melakukannya maka PENULIS-lah kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails