Catatan : ehm, iya memang harus saya akui banyak kesalahan-kesalahan penyuntingan di novel ini, dan sudah diperbaiki di cetakan kedua. Maaf yaaa :)
Sumber : http://pipitta.com/2010/02/heartblock-a-novel-by-okke-sepatumerah/comment-page-1/#comment-2561
Suatu hari, pesanan buku saya datang.
Yang pertama saya kagumi adalah… kualitas covernya! Enak di jempol :p ga licin kayak cover buku biasanya.
Setelah selesai baca, ternyata ada sejumlah typo di buku ini. Misalnya aja di halaman 65, kenapa tiba-tiba ada Widya yang berseru terima kasih, padahal yang naik ke podium adalah Raras?
Lalu ada lagi di halaman 188. Tertulis bukan halaman sekian. Semestinya buka. Kemudian di halaman 287 ada lagi, jelas-jelas Senja pernah tinggal di rumah itu dengan Genta, tapi yang tertulis malah dengan Tasya.
Bukannya mau jadi polisi typo :p kesalahan ketik sih, bisa aja diabaikan. Tapi menurut saya yang bikin bertanya-tanya adalah halaman 188.
Di situ diceritakan HP Senja bergetar, dan nama yang tertera di layar adalah GENTA. Wah, saya langsung nyureng. Di halaman sebelumnya kan diceritakan saking senewennya gak ditanya nomor telepon, akhirnya Senja nekat menuliskan nomor teleponnya di telapak tangan kanan Genta. Di halaman sebelumnya pun gak diceritakan bahwa Genta memberi nomor teleponnya pada Senja. Jadi… kenapa di HP Senja tiba-tiba sudah tersimpan nomor Genta, sampai-sampai namanya bisa tertera di layar HP???
Eng… ing… eng… misterius gak siiiih… *plak* Saya sampai pengen tanya, bukannya sang editor mestinya super duper teliti sebelum sebuah karya dilaunching? Yah… kelewat aja kali, ya…
Eniweeeeeey… ceritanya sih tentang perjuangan Senja Hadiningrat menjadi seorang penulis. Novel pertamanya, Omnibus, menjadi tolak ukur karya tulisnya yang berikut. Sebagai pemenang Festival Penulis Indonesia, Senja seakan dituntut untuk menghasilkan karya yang sekelas dengan Omnibus. Jadi saat tulisannya berubah ngepop, mulai banyak protes bermunculan.
Konflik juga terjadi antara Senja dengan Tasya, kakak sekaligus manajernya. Ketika Senja mengalami writer’s block, ia memutuskan untuk menyepi ke Ubud, di mana ia bertemu dengan Genta Mahendra, sosok tampan yang menjadi muse-nya.
Bukan Okke kalau bikin ending ala Hollywood. Perpisahan Genta dan Senja jadi ending yang pas untuk Heartblock. Tapi kayaknya ada yang nanggung dengan penggambaran hubungannya dengan Ludwina. Kok ujug-ujug ke luar negeri bareng, padahal sebelumnya digambarkan Genta gak cocok dengan Ludwina.
Heartblock juga bertaburan candaan yang “Okke banget” *okke lho, bukan oke.. ;p*. Tapi candaan “Okke banget” ini mungkin hanya bisa dirasakan kalau rutin baca blog atau twitternya. Atau baca semua bukunya. Seperti saya.
Congrats buat Okke atas novel terbarunya ini… so, kapan novel berikutnya? Pasti saya baca, lho. Entah itu beli, atau pinjam.. hehehehehe :p