Minggu, 26 September 2010

Resensi Heartblock oleh Ello Aristhosiyoga

Diambil dari : http://elloaristhosiyoga.blogspot.com/2010/09/b3-heart-block.html

Novel yang full warna putih ini, kudapat dari sahabatku. Penggemar novel juga, tapi sekarang dia lagi bikin film dokumenter.

Bagi penulis patut membaca buku ini. Buku ini mengangkat kasus writer’s block atau kebuntuan menulis.

Kisah dalam novel ini bermula ketika Senja—perempuan biasa dari Solo tiba-tiba mendapat penghargaan Festival Penulis Indonesia 2008 untuk kotegari Pendatang Baru Berbakat di novel perdananya, Omnibus. Dari situlah kehidupan barunya dimulai.

Dia jadi pindah ke Jakarta karena mendapat beasiswa Sekolah Menulis Kreatif akibat menangnya Omnibus. Di sana dia tinggal dengan Tasya, kakak tirinya. Kehidupannya lambat-lambat berjalan, novel kedua pun terlahir sukses. Tapi orang-orang selalu menuntut Senja untuk menulis secemerlang Omnibus. Begitupun dengan novel ketiga. Dia putus asa di bawah tekanan. Apalagi Tasnya yang berubah menjadi menejernya selalu membuat jadwal yang tak mampu dia lakukan.

Ketika dia harus mengerjakan novel 40 Days Project—semacam proyek novel yang dikerjakan dalam waktu empat puluh hari—sebagai duta menulis dari suatu penerbit, dia mengalami writer’s block. Apalagi deadline sudah di depan mata. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi jauh dari Jakarta, dan menghabiskan waktu di Bali.

Di Bali dia menemukan Genta, seorang pelukis muda. Di sini perlahan-lahan cinta melanda Senja. Dia pun akhirnya terinspirasi menjadikan Genta sebagai tokoh dalam novel proyek 40 harinya.

Tapi apa yang terjadi kemudian… Sepulang dari Bali, Genta seperti hilang. Lenyap begitu saja… dan Senja harus menemukannya atau setidaknya menyampaikan sesuatu.

Cukup penasaran? Tenanglah novel ini tak berat. Sangat ringan. Cocok dibawa kemana-mana. Dan bagi kalian yang pernah mengalami kebuntuan menulis, dapatkan tips mengatasinya dari isi cerita novel Heart Block ini.
Related Posts with Thumbnails